By
All About Knowledge
at
December 12, 2017
Pada
pembahasannya mengenai definisi kelarutan telah disampaikan bahwa kelarutan
adalah jumlah zat yang dapat larut dalam sejumlah pelarut sampai membentuk
larutan jenuh.
Apabila
suatu larutan suhunya diubah, maka hasil kelarutannya juga akan berubah. Larutan ada yang jenuh, tidak jenuh
dan lewat jenuh. Larutan dikatakan jenuh pada temperatur tertentu, bila larutan
tidak dapat melarutkan lebih banyak zat terlarut.
Bila
jumlah zat terlarut kurang dari larutan jenuh disebut larutan tidak jenuh. Dan bila
jumlah zat terlarut lebih dari larutan jenuh disebut larutan lewat jenuh. Daya
larut suatu zat dalam zat lain, dipengaruhi oleh jenis zat pelarut, temperatur
dan sedikit tekanan.
Berikut
adalah Metode – Metode yang bisa digunakan untuk meningkatkan kelarutan.
1. Modifikasi Kimia
Kelarutan dapat
ditingkatkan dengan modifikasi kimia, contohnya seperti kelarutan zat cair,
yang dapat ditingkatkan dengan meningkatkan jumlah gugus polar dari suatu
molekul ini dapat dicapai dengan pembentukan garam.
Contohnya kelarutan suatu
zat cairan dari chloropromazin hidroklorida sekitar 20.000 lebih besar dari
pada basa bebasnya, sehingga molekul dapat dimodifikasi untuk menghasilkan
enfietas kimia baru untuk prodrag.
Kelarutan zat cair dari
natrium salisilat kloramfenikol, misalnya sekitar 400 kali lebih besar dari
pada kloramfenikol. Prodragnya, bagaimana harus kembali ke molekul asalnya
setelah administrasi (pengolahan).
2. Kompleksisasi
Penambahan bahan ketiga
yang dapat membentuk antar molekul kompleks dengan zat terlarut dapat
meningkatkan kelarutan suatu zat terlarut. Setelah kompleksasi, kelarutan
ditentukan oleh lingkungan kimia baru dimana zat terlarut menemukan dirinya.
Sejumlah senyawa, seperti
nikotinamid dan B-klikodestrin, telah diamati sebagai agen (perantara) yang
dapat meningkatkan kelarutan dari air yang kurang baik kelarutan obat-obat.
3. Consolvency
Kelarutan dari elektrolit
lemah dan senyawa nonpolar dalam zat cair dapat ditingkatkan dengan penambahan
cosolvent seperti etanol, gliserol, propilenglikol,atau sorbitol.
Agen ini dapat bekerja
dengan menurunkan tegangan antarmuka zat terlarut hidrofilik, dan hubungan zat
cair atau dengan mengubah konstanta dielektriknya.
4. Hidrotropisme
Adalah istilah yang
digunakan untuk menggambarkan peningkatan kelarutan air yang dicapai dengan
konsentrasi tinggi (20%-50%) dan penambahan sesuatu. Aditif (penambahan)
cenderung sangat larut dalam air dan memiliki anion/kation yang besar.
Contohnya seperti sodium
asetatt, natrium benzoat, natrium cosilate, dan natrium salisilat. Kelarutan
dari kopi misalnya, dapat ditingkatkan dengan penambahan natrium benzoat.
Hidrotropisme jarang
diterapkan untuk formulasi farmasi. Karena peningkatan kelarutan zat cair
umumnya tidak memadai. Mekanisme dari bahan hidrotropik jelas meningkatkan
kelarutan zat cair, molekul zat terlarut dapat tersebar pada agregat dari
hidrotropisme tersebut, peningkatan kelartuan mungkin timbul melalui
kompleksasi.
5. Solubilisasi
Surfaktan digunakan
sebagai bahan kelarutan dalam kebanyakan aplikasi farmasi. Surfaktan
mempengaruhi pemisahan dengan proses yang dikenal sebagai solubilisasi misel.
Misel terbentuk karena
molekul surfaktan memiliki area hidrofilik dan lipofilik yang seimbang.
Pemisahan secukupnya akan menjadi dalam medium air jika molekul sebagian besar
hidrofili dan sebaiknya prepifasi akan terjadi jika molekul sebagian besar
lipofilik.
Berikut
adalah penjelasan antara interaksi antara zat terlarut dalam pelarut yang
bersifat polar, non-polar dan semipolar.
1. Interaksi zat terlarut dalam pelarut yang
bersifat polar
Pelarut polar melarutkan
zat terlarut ionik dan zat polar lainnya. Sesuai dengan itu, air bercampur
dengan alkohol dalam segala perbandingan dan melarutkan gula dan senyawa
polihidroksi yang lain.
Singkatnya, pelarut polar
seperti air bertindak sebagai pelarut menurut mekanisme berikut ini:
· Disebabkan karena
tingginya tetapan dielektrik yaitu sekitar 80 untuk air, pelarut polar
mengurangi gaya tarik-menarik antara ion dalam kristal yang berlawanan seperti
natrium klorida.
· Pelarut polar memecahkan
ikatan kovalen dari elektrolit kuat dengan reaksi asam basa karena pelarut ini
amfrotik.
· Akhirnya pelarut polar
mampu mengsolvasi molekul dari ion dengan adanya gaya interaksi dipol, terutama
pambentukan hidrogen.
2. Interaksi zat terlarut dalam pelarut yang
bersifat non-polar
Pelarut nonpolar tidak
dapat mengurangi gaya tarik-menarik antara ion-ion elektrolit kuat dan lemah.
Karena tetapan dielektrik pelarut yang rendah juga tidak dapat membentuk
jembatan hidrogen dengan nonelektrolit.
Oleh karena itu, zat terlarut ionik dan polar tidak larut
atau hanya dapat larut sedikit dalam pelarut nonpolar. Tetapi senyawa nonpolar
dapat melarutkan zat terlarut nonpolar dengan tekanan dalam yang sama melalui
interaksi dipol induksi.
3. Interaksi zat terlarut dalam pelarut yang
bersifat semipolar
Pelarut semipolar seperti
keton dan alkohol dapat menginduksi suatu derajat polaritas tertentu dalam
molekul pelarut nonpolar, sehingga menjadi dapat larut dalam alkohol contohnya
benzena yang mudah dapat dipolarisasikan kenyatannya, senyawa semi polar dapat
bertindak sebagai pelarut perantara yang dapat menyebabkan bercampurnya cairan
polar dan nonpolar.
Demikian penjelasan mengenai metode-metode
yang digunakan untuk meningkatkan kelarutan dan penjelasan interaksi zat
pelarut dengan berbagai jenis pelarut. Semoga bermanfaat !!!!