By
All About Knowledge
at
November 28, 2017
Berikut
adalah tahap-tahap pembuatan sabun dalam
Industri
1. Saponifikasi
Proses
reaksi saponifikasi adalah proses
mereaksikan minyak dan NaOH pada
reaktor pada suhu ± 1250C
dengan bantuan pemanas steam.
Komposisi antara minyak dan NaOH dengan perbandingan 3 : 1, jika tidak maka akan didapati reaksi yang tidak setimbang
sehingga akan didapat sabun yang kurang
sempurna.
Reaksi
dilakukan selama 10 menit dengan
bantuan agitator dan recycle pompa
ke reaktor. Minyak dan NaOH yang berada dalam storage tank (tangki penyimpanan) diumpankan ke reaktor lalu diinjeksikan
steam sebesar 2 bar.
Selanjutnya
ditambahkan larutan garam NaCl (brine)
22%. Hal ini dilakukan guna memperkaya
elektrolit sehingga hasil reaksi antara minyak dan NaOH mudah dipisahkan pada proses selanjutnya.
Minyak
yang direaksikan adalah campuran dari beberapa minyak (dalam satuan %b / %b)
yang digunakan sebagai bahan baku
pembuatan sabun yaitu palm oil, palm
stearine, dan palm kernel oil dengan perbandingan yang berbeda-beda sesuai
dengan formulasi yang telah ditetapkan untuk sabun yang akan diproduksi.
Setelah
reaksi sempurna maka sabun dipompakan ke static separator untuk memisahkan antara sabun dan gliserol. Gliserol yang didapat hasil proses
saponifikasi ini yang dijadikan sebagai bahan
baku untuk proses pembuatan gliserin yang disebut dengan spent lye dengan kemurnian gliserin 20-30%.
Dalam
static separator ini sabun akan terpisah
dengan spent lye dan kemudian
dilanjutkan atau dimasukkan ke washing column sambil diumpankan fresh lye, untuk memisahkan sabun, half spent lye, magnesium, dan logam-logam lain
yang terkandung di dalamnya.
Half spent lye
yang dihasilkan diumpankan kembali ke reaktor. Fresh lye (larutan pencuci) yang
akan dimasukkan (dicampurkan) ke dalam washing coloumn ini terdiri dari larutan
NaOH48%, larutan NaCl22%, dan air atau H2O.
Pada
proses saponifikasi trigliserida dengan
suatu alkali, kedua reaktan tidak mudah bercampur. Reaksi saponifikasi
dapat mengkatalisis dengan
sendirinya pada kondisi tertentu dimana pembentukan produk sabun mempengaruhi
proses emulsi kedua reaktan tadi, menyebabkan suatu percepatan pada kecepatan
reaksi.
2. Netralisasi Neat Soap (Sabun Hasil
Saponifikasi)
Setelah
sabun telah dipisahkan di washing column selanjutnya dimasukkan ke Centrifuge
(Cf). Didalam centrifuge ini sabun ini juga dipisahkan antara lye dan neat soapnya.
Lye
yang telah dipisahkan dikembalikan lagi ke washing coloumn sedangkan sabunnya
dilanjutkan ke Neutralizer. Di dalam neutralizer ini aditif yang dicampur adalah
Palm Kernel Oil (PKO) dan EDTA (Ethylene Diamine Tetra Acetate).
PKO ditambahkanbdengan
tujuan untuk memastikan kandungan kadar
NaOH dalam neat soap sebesar 0,025%
- 0,045%, selanjutnya di transfer ke Crutcher. Di dalam crutcher ini neat
soap masih dicampur aditif yaitu EDTA dan Turpinal, kemudian diaduk agar
homogen kemudian dilanjutkan ke Feed Tank.
3. Pengeringan Sabun
Setelah
feed tank telah terisi maka neat soap
direcycle untuk tahap pengeringan
(drying) dan kemudian direcycle dengan cara dipanaskan melalui Heat Exchanger
(HE) dengan speed VLS 50% dan dengan speed feed tanknya 42% dengan tekanan 1,5
bar.
Disetting
secara perlahan-lahan. Setelah semuanya dalam kondisi yang telah disetting maka
saatnya diumpankan (feeding) ke atomizer dengan menjaga tekanan dan temperatur
agar jangan sampai drop.
Sabun
yang sudah dikeringkan dan didinginkan
tersimpan pada dinding ruang vakum dan dipindahkan dengan alat pengerik
sehingga jatuh di plodder, yang mengubah sabun ke bentuk lonjong panjang atau butiran
yang kemudian disimpan dalam suatu wadah penyimpanan soap noodle dikenal dengan
nama Silo.
Sabun
banyak diperoleh setelah penyelesaian saponifikasi
(sabun murni) yang umumnya dikeringkan dengan vakum spray dryer. Kandungan
air pada sabun dikurangi dari 30-35%
pada sabun murni menjadi 8-18% pada
sabun butiran atau lempengan.
Jenis jenis vakum spray
dryer, dari sistem tunggal
hingga multi sistem, semuanya dapat digunakan pada berbagai proses
pembuatan sabun. Operasi vakum spray dryer sistem
tunggal meliputi pemompaan sabun murni melalui pipa heat exchanger dimana
sabun dipanaskan dengan uap yang mengalir pada bagian luar pipa.
Dryer dengan
mulai memperkenalkan proses pengeringan sabun yang lebih luas dan lebih efisien dari pada dryer sistem tunggal.
4. Penyempurnaan Sabun
Dalam
pembuatan produk sabun batangan,
sabun butiran dicampurkan dengan zat pewarna, parfum, dan zat aditif lainnya
kedalam mixer (analgamator).
Campuran sabun ini klemudian diteruskan untuk dimixing untuk mengubah campuran
tersebur menjadi suatu produk yang homogen.
Produk
tersebut kemudian dilanjutkan ke tahap pemotongan. Sebuah alat pemotong dengan
mata pisau memotong sabun tersebut menjadi potongan potongan terpisah yang dicetak melalui proses penekanan menjadi
sabun batangan sesuai dengan ukuran dan bentuk yang diinginkan. Proses pembungkusan, pengemasan, dan
penyusunan sabun batangan merupakan tahap akhir.
Demikian
penjelasan mengenai tahap-tahap pembuatan sabun dalam industri. Semoga
bermanfaat !!!