By
All About Knowledge
at
December 06, 2017
Sabun merupakan surfaktan yang digunakan dengan air untuk
mencuci dan membersihkan. Sifat – sifat sabun yang dihasikan ditentukan oleh jumlah
dan komposisi dari komponen asam - asam lemak yang digunakan yang sesuai dalam
pembuatan sabun dibatasi panjang rantai dan tingkat kejenuhan.
Sabun
merupakan hasil hidrolisa asam lemak dan basa. Peristiwa ini dikenal dengan
peristiwa saponifikasi. Saya juga akan menjelaskan mengenai komposisi yang
terdapat dalam sabun. Silakan disimak ya !!!
Apa yang disebut dengan
Saponifikasi ?
Saponifikasi adalah
reaksi yang terjadi ketika minyak atau
lemak dicampur dengan larutan alkali,
dengan kata lain saponifikasi merupakan proses pembuatan sabun yang berlangsung
dengan mereaksikan asam lemak dengan
alkali yang menghasilkan sintesa dan air serta garam karbonil (sejenis
sabun).
Sabun
merupakan salah satu bahan yang digunakan untuk mencuci baik pakaian maupun
alat-alat lain. Alkali yang biasanya digunakan adalah NaOH dan Na2CO3 maupun KOH dan K2CO3.
Berikut adalah reaksi saponifikasi
trigliserida :
Lemak
dan sabun dari asam lemak jenuh dan rantai jenuh panjang (C16 – C18)
menghasilkan sabun keras. Sedangkan minyak dari asam lemak tak jenuh dengan
rantai pendek (C12 – C14) menghasilkan sabun yang lebih
lunak dan lebih mudah larut. Sabun yang dibuat dari NaOH lebih sukar larut
dibandingkan dengan sabun yang dibuat dari KOH.
Berikut adalah komposisi –
komposisi dari Sabun
1. Surfaktan
Surfaktan (surface acting
agent) merupakan senyawa organik yang dalam molekulnya memiliki
sedikitnya satu gugus hidrofilik dan
satu gugus hidrofobik. Apabila ditambahkan ke suatu cairan pada konsentrasi
rendah, maka dapat mengubah karakteristik tegangan permukaan dan antarmuka
cairan tersebut.
Surfaktan
merupakan bahan terpenting dari sabun. Lemak dan minyak yang dipakai dalam
sabun berasal dari minyak kelapa
(asam lemak C12), minyak
zaitun (asam lemak C16 – C18), atau lemak babi.
Penggunaan
bahan berbeda menghasilkan sabun yang berbeda, baik secara fisik maupun kimia. Ada sabun yang cepat berbusa tetapi
terasa airnya kasar dan tidak stabil, ada yang lambat berbusa tetapi lengket
dan stabil.
2. Pelumas
Untuk
menghindari rasa kering pada kulit
diperlukan bahan yang tidak saja meminyaki kulit tetapi juga berfungsi untuk
membentuk sabun yang lunak, misal:
asam lemak bebas, fatty alcohol, gliserol, lanolin, paraffin lunak, cocoa
butter, dan minyak almond, bahan
sintetik ester asam sulfosuksinat, asam lemak isotionat, asam lemak etanolamid,
polimer JR, dan carbon resin (polimer akrilat).
Bahan-bahan
selain meminyaki kulit juga dapat menstabilkan busa dan berfungsi sebagai peramas (plasticizers).
3. Antioksidan dan Sequestering Agents
Antioksidan
merupakan zat yang mampu memperlambat
atau mencegah proses oksidasi. Untuk menghindari kerusakan lemak terutama
bau tengik, dibutuhkan bahan penghambat oksidasi, misalnya stearil hidrazid dan
butilhydroxy toluene (0,02% - 0,1%). Sequestering
Agents dibutuhkan untuk mengikat
logam berat yang mengkatalis oksidasi EDTA.
4. Deodorant
Deodorant adalah
suatu zat yang digunakan untuk menyerap
atau mengurangi bau menyengat pada badan Deodorant dalam sabun mulai
dipergunakan sejak tahun 1950, namun oleh karena khawatir efek samping,
penggunaannya dibatasi.
Bahan yang digunakan adalah triklorokarbon,
heksaklorofen, diklorofen, triklosan, dan sulfur koloidal.
5. Warna
Kebanyakan
sabun toilet berwarna cokelat, hijau biru, putih, atau krem. Pewarna sabun
dibolehkan sepanjang memenuhi syarat dan peraturan yang ada, pigmen yang
digunakan biasanya stabil dan konsentrasinya kecil sekali (0,01-0,5%).
Titanium
dioksida 0,01% ditambahkan pada berbagai sabun untuk menimbulkan efek berkilau.
Akhir-akhir ini dibuat sabun tanpa warna dan transparan.
6. Parfum
Isi
sabun tidak lengkap bila tidak ditambahkan parfum sebagai pewangi. Pewangi ini harus berada dalam pH dan warna yang berbeda
pula.
Setiap
pabrik memilih bau dan warna sabun bergantung pada permintaan pasar atau
masyarakat pemakainya. Biasanya dibutuhkan wangi parfum yang tidak sama untuk
membedakan produk masing-masing.
7. Pengontrol pH
Penambahan
asam lemak yang lemah, misalnya asam sitrat, dapat menurunkan pH sabun.
8. Bahan Tambahan Khusus
Berbagai
bahan tambahan untuk memenuhi kebutuhan pasar, produsen, maupun segi ekonomi
dapat dimasukkan ke dalam formula sabun. Dikenal berbagai macam sabun khusus
misalnya:
· Superfatty
yang menambahkan lanolin atau paraffin.
· Transparan
yang menambahkan sukrosa dan gliserin.
· Antiseptik
(medicated = carbolic) yang menambahkan bahan antiseptik, misalnya: fenol,
kresol, dan sebagainya.
· Sabun
bayi yang lebih berminyak, pH netral, dan noniritatif.
· Sabun
netral, mirip dengan sabun bayi dengan sabun bayi dengan konsentrasi dan tujuan
yang berbeda.
Demikian
penjelasan mengenai Pengertian Saponifikasi dan Komposisi Sabun. Semoga
bemanfaat ya !!!