By
All About Knowledge
at
November 26, 2017
Pada
proses pembuatan sabun ini digunakan metode-metode untuk menghasilkan sabun
yang berkualitas dan bagus. Untuk menghasilkan sabun itu digunakanlah
metode-metode, yang mana metode-metode ini memiliki kelebihan dan kekurangannya
masing masing.
1. Metode Batch
Pada proses batch, lemak atau minyak dipanaskan dengan alkali (NaOH atau KOH) berlebih dalam
sebuah ketel. Jika penyabunan telah selesai, garam-garam ditambahkan untuk
mengendapkan sabun. Lapisan air yang
mengandung garam, gliserol dan kelebihan alkali dikeluarkan dan gliserol diperoleh lagi dari proses
penyulingan.
Endapan
sabun yang bercampur dengan garam, alkali dan gliserol kemudian dimurnikan dengan air dan diendapkan
dengan garam berkali-kali. Akhirnya
endapan direbus dengan air secukupnya
untuk mendapatkan campuran halus yang lama-kelamaan membentuk lapisan yang homogen dan mengapung.
Sabun
ini dapat dijual langsung tanpa pengolahan lebih lanjut, yaitu sebagai sabun
industri yang murah. Beberapa bahan pengisi ditambahkan, seperti pasir atau
batu apung dalam pembuatan sabun gosok.
Beberapa
perlakuan diperlukan untuk mengubah sabun gubal menjadi sabun mandi, sabun bubuk, sabun obat, sabun wangi, sabun cuci, sabun
cair dan sabun apung (dengan melarutkan udara di dalamnya).
2. Metode Kontinu
Metoda kontinu
biasa dilakukan pada zaman sekarang, lemak atau minyak di-hidrolisis dengan air pada suhu
dan tekanan tinggi. Lemak atau minyak dimasukkan secara kontiniu dari salah
satu ujung reaktor besar.
Asam
lemak dan gliserol yang terbentuk dikeluarkan dari ujung yang berlawanan dengan
cara penyulingan. Asam-asam ini kemudian dinetralkan
dengan alkali untuk menjadi sabun.
Proses
ini dilakukan dengan jalan mereaksikan trigliserida
(lemak/minyak) dengan kaustik soda
secara langsung untuk menghasilkan sabun.
Proses saponifikasi ini hampir sama
dengan proses menggunakan ketel, hanya saja proses ini dilakukan secara kontinu sementara proses dengan
ketel memakai sistem batch.
Langkah pertama
dari proses saponifikasi adalah
pembentukan sabun dimana trigliserida (lemak/minyak), kaustik soda, larutan
elektrolit berupa garam natrium dan alkali dari natrium hiroksida (NaOH) di
dalam autoklaf, dipanaskan dan diaduk
pada suhu 1200C dan tekanan 2 atm.
Lebih
dari 99,5% lemak berhasil disaponifikasi pada proses ini. Hasil reaksi kemudian
dimasukkan dalam sebuah pendingin berpengaduk dengan suhu 85-900C. Disini hasil saponifikasi disempurnakan
sehingga terbentuk 2 fase produknya
yaitu sabun dan lye.
Sebanyak
1,2-1,4%
NaCl ditambahkan ke dalam sabun untuk mengontrol viskositas larutan.
Larutan garam NaCl adalah elektrolit yang biasa digunakan untuk
mempertahankan agar viskositas sabun tetap rendah. Kemudian komponen ini
diumpan ke turbidisper.
Turbidisper,
mixer, pompa untuk sirkulasi dan tangki netralisasi merupakan bagian terpenting
pada proses ini. Asam lemak dan kaustik soda dicampur dalam turbidisper yang
dilengkapi dengan pengaduk. Dari turbidisper, campuran sabun, asam lemak, dan
kaustik soda dialirkan dalam mixer yang dilengkapi
dengan jeket pendingin melalui bagian bawah mixer.
Hasil
pencampuran berupa asam lemak dan kaustik soda yang tidak bereaksi akan dikeluarkan
lagi dari saluran dibagian samping mixer untuk diumpan kembali ke
turbidisper dengan bantuan pompa sirkulasi.
Sabun
yang masuk ke mixer diteruskan ke holding mixer kemudian sabun yang telah
terbentuk dikeringkan. Kandungan air pada sabun dikurangi dari 30-35% pada sabun murni menjadi 8-18%
pada sabun butiran atau lempengan.
Dalam
pembuatan sabun batangan, sabun butiran dicampurkan dengan zat pewarna, parfum dan zat
aditif lainnya dalam mixer. Campuran sabun ini kemudian diteruskan untuk
dimixing untuk mengolah campuran tersebut menjadi suatu produk yang homogen.
Produk
tersebut kemudian dilanjutkan ke tahap
pemotongan. Sebuah alat pemotong dengan mata pisau memotong sabun tersebut
menjadi potongan-potongan terpisah yang dicetak melalui proses penekanan menjadi sabun batangan sesuai dengan ukuran dan
bentuk yang diinginkan. Proses pembungkusan, pengemasan, dan penyusunan sabun
tersebut merupakan tahap terakhir
penyelesaian pembuatan sabun.
3. Metode Neat Soup
Dalam
metode ini turunan trigliserida murni
dipanaskan pada mixer dengan jacket panas. Separuh dari jumlah total alkali
yang digunakan diumpankan secara perlahan-lahan dengan laju alir volume sekitar
200 ml/15-20 menit.
Sisanya
kemudian ditambahkan bersamaan dengan EDTA
(ethylene diamine tetra acetat) dan natrium klorida. Natrium klorida
ditambahkan untuk mengurangi viskositas
dari neat soap. EDTA digunakan sebagai zat
anti oksidan dan juga sebagai pencegah
kontaminasi logam dalam neat soap.
Dalam
reaksi netralisasi asam lemak untuk
menghasilkan sabun, ada beberapa faktor
yang mempengaruhinya yaitu :
1. Suhu Operasi.
Suhu
yang tinggi akan mempercepat terjadinya reaksi tetapi dengan pengadukan yang
lambat. Selain itu, juga dapat meningkatkan selektivitas. Biasanya, suhu
operasi antara 80-950C.
2. Tekanan Operasi.
Peningkatan
tekanan akan meningkatkan kinetika reaksi tetapi menurunkan selektivitas.
3. Pengadukan.
Meningkatkan
kecepatan pengadukan akan dapat meningkatkan kecepatan reaksi dan penurunan
selektivitas yang besar.
4. Katalis.
Penambahan
katalis dapat meningkatkan kinetika reaksi dan sedikit memperkecil
selektivitas.
Neat
soap yang dihasilkan mengandung 60% total fatty matter (TFM), diperoleh melalui
beberapa tahapan proses sebagai berikut :
1. Pengeringan.
Neat
soap dikeringkan untuk mengurangi kandungan airnya sebesar 10-15 %. Jika kandungan air terlalu tinggi maka proses
terlalu padat sehingga proses berjalan lambat.
2. Pemurnian
Sabun
Neat soap yang sudah dikeringkan akan dimurnikan dengan menggunakan roll mill,
plodder atau kombinasi keduanya. Dalam tahapan ini, neat soap dimanipulasi kedalam bentuk yang diinginkan, dihomogenkan
agar terbentuk struktur sabun yang kristal. Kemudian sabun dipadatkan dengan
plodder.
3. Pemotongan dan
pembungkusan
Proses
selanjutnya adalah pemotongan sabun kedalam bentuk noodle-noodle soap untuk selanjutnya dibungkus atau diolah
ke tahapan berikutnya.
4. Pengolahan Noodle Soap
Perusahaan
sabun biasanya membeli bahan baku sabun dalam bentuk noodle soap dan kemudian diolah oleh perusahaan tersebut ke
tahapan pengolahan berikutnya, seperti pemberian warna, pengharum, dan komponen
lain yang dapat menjadikan sabun sebagai merk dagang.
Yang
pertama dilakukan dalam memproduksi noodle
soap untuk memenuhi kebutuhan perusahaan sabun adalah sabun dipadatkan dan
dibuat berbentuk silinder padat dan kemudian dibungkus.
Spesifikasi noodle soap
yang diproduksi biasanya berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan perusahaan sabun
yang akan menggunakannya sebagai bahan baku, bentuknya pun dibuat sedemikian
rupa agar kelihatan bagus seperti toilet
soap, laundry soap, translucent soap dan lain-lain.
Demikian
penjelasan mengenai metode – metode pembuatan sabun. Semoga bermanfaat !!!