By
All About Knowledge
at
September 28, 2017
Metode katalitik steam reforming ini
digunakan untuk membentuk amoniak anhidrat yang diproduksi dengan mereaksikan
gas hidrogen dan nitrogen dengan rasio 3:1. Dengan metode katalitik steam
reforming ada 6 langkah dalam tahapannya, yaitu:
1. Pengolahan Gas Alam
Pada proses ini, terdapat beberapa
tahapan yaitu pengolahan natural gas (CH4, C2H6,
C3H8, C4H20 dan H2S)
masuk ke tangki Preheater yang mana dilakukan pemanasan awal. Kemudian,
dari Preheater dimasukkan ke dalam tangki Desulfurizer yang
berfungsi untuk mereduksi sulfur yang ikut bercampur pada gas alam.
Sulfur
dihilangkan diawal proses karena sulfur dapat mengganggu proses pembuatan
amoniak dan zat yang dapat merusak alat-alat pada proses karena sulfur bersifat
asam. Proses ini bertujuan untuk
menghilangkan kadar sulfur sebagai pengotor yaitu gas hidrogen sulfide yang
harus diturunkan sampai dibawah 280 microgram/m3.
Hal ini dilakukan
agar mencegah meracuni katalis (Nikel) yang digunakan dalam proses
desulfurisasi. Proses desulfurisasi ini dijalankan dengan menggunakan karbon
aktif atau Zinc Oksida. Gas alam yang keluar dari proses Desulfurizer
ialah CH4, C2H6, C3H8
dan C4H20.
2. Primary Reformer
Pada proses Primary Reformer, yaitu
proses pembuatan gas H2. Pada proses ini gas alam setelah keluar
dari Desulfurizer akan dicampurkan dengan steam (uap air/H2O)
kemudian dimasukkan ke dalam tungku furnace.
Bahan bakar yang digunakan pada
furnace ialah memakai fuel gas (gas alam). Terlihat pada gambar di atas sebelum
masuk ke dalam vassel campuran gas alam dan steam mengalami pemanasan awal pada
pipa yang berada sebelum masuk kedalam tangki reaksi kemudian dimasukkan ke
dalam tangki untuk dilakukan pereaksian gas alam dan steam.
Reaksi yang terjadi
pada tangki yaitu:
CH4 (g) + H2O
(g) ↔ CO (g) + H2 (g)
Reaksi diatas berlangsung pada suhu
tinggi (reaksi endotermis) dengan kondisi reaksi berlangsung pada suhu 700 –
750 oC dan tekanan 35 atm dengan bantuan katalis Cobalt-Molibdenium.
Pada tahap ini, 70% metana dikonversi menjadi hidrogen dan CO2 serta
ada sebagian yang terkonversi menjadi CO. Kandungan gas yang keluar dari
Primary Reformer ialah H2 (sangat besar), CO (sangat kecil) dan
sisanya adalah CH4, C2H6, C3H8
dan C4H20.
3. Secondary Reformer
Pada proses secondary reformer yaitu
proses selanjutnya setelah primary reformer yang mana pada proses ini bertujuan
untuk menghilangkan kandungan hidrokarbon dilakukan dengan mereaksikannya
dengan udara.
Yang mana nantinya dari reaksi antara gas alam dan udara akan
menghasilkan panas yang dapat digunakan untuk memurnikan kandungan N2. Pada bagian ini terbagi 2 bagian
reaksi yang pertama yaitu reaksi pada seksi oksidasi partial yang mana oksidasi
ini akan mereaksikan semua hidrokarbon dengan oksigen dan menghasilkan karbon
dioksida dan air.
Berbeda pada bagian seksi reforming akan terjadi reaksi
antara metana dan air yang menghasilkan karbon monoksida dan hidrogen. Berikut
reaksi yang terjadi:
Seksi Oksidasi Partial:
-
CH4 + 2 O2 →
CO2 + 2 H2O
-
C2H6 + 3/2 O2
→ 2 CO2 + 3 H2O
-
C3H8 + 5 O2 →
3 CO2 + 4 H2O
-
C4H10 + 13/2 O2 → 4
CO2 + 5 H2O
-
H2 + 1/2 O2 → H2O
-
CO + 1/2 O2 → CO2
Seksi Reforming:
-
CH4 + H2O → CO + 3 H2
Kondisi reaksi pada seksi reforming
ialah berlangsung pada suhu 950 oC, tekanan 32 atm dan dengan
menggunakan katalis Cobalt-Molibdenium. Kandungan yang keluar dari Secondary
Reformer ialah kandungan H2, N2 dan CO dalam jumlah
banyak dan sisanya CO2 dan H2O dalam jumlah yang sangat
sedikit.
4. Shift Converter
Pada proses shift converter ini akan
memproses gas hasil keluaran dari secondary reformer yang mana bertujuan untuk
mereaksikan gas CO → CO2 yang kemudian nantinya akan dipisahkan pada
proses selanjutnya.
Pada proses ini terdapat 2 proses yang berbeda yaitu HTS
(High Temperature Shift Converter) dan LTS (Low Temperature Shift Converter).
Pada gambar di atas terlihat bahwa gas CO yang masuk dan keluar dari shift
converter mengalami perubahan.
Perbedaan antara HTS dan LTS yaitu
pada kondisi berjalannya reaksi yang mana pada HTS reaksi berlangsung pada suhu
dan tekanan tinggi sedangkan LTS reaksi berlangsung pada suhu dan tekanan yang
lebih rendah. Hal ini disebabkan karena gas sebelum masuk ke kolom LTS
mengalami penurunan suhu oleh heat exchanger.
Berikut reaksi-reaksi yang terjadi
pada kolom shift converter:
-
Reaksi pada HTS:
CO + H2O
↔ CO2 + H2
Kondisi berlangsungnya reaksi: T =
350 – 450oC, P = 30 atm dan katalis : Fe2O2 ;
Cr2O3.
-
Reaksi pada LTS:
CO + H2O ↔ CO2
+ H2
Kondisi berlangsungnya reaksi: T =
250oC, P = 25 atm dan katalis : CuO ; N2O3.
Dari reaksi di atas pada HTS dan LTS
sama-sama mengubah gas CO menjadi CO2 sehinngga komponen gas CO
tinggal sedikit sedangkan gas CO2 mengalami penambahan dari hasil
reaksi pada kolom HTS dan LTS. Setelah proses ini gas keluarannya akan menuju
ke proses CO2 removal.
Sehingga gas yang keluar dari proses
shift converter ialah kandungan H2 ; N2 ; CO2
sangat besar dan sisanya adalah H2O dan CO dalam jumlah kecil.
5. CO2 Removal
Pada proses CO2 removal
terdapat 2 proses yaitu CO2 absorption yang mana berfungsi untuk
memisahkan gas CO2 yang masuk dari LTS dengan bantuan CO2
absorption. Dengan menggunakan 2 senyawa CO2 absorption yang sering
digunakan yaitu: larutan amine (MDEA = mono diethanol amine) dan larutan
Benfield (K2CO3).
Pada proses kali ini kita
menggunakan larutan Benfield dengan reaksi yang terjadi yaitu:
CO2 + K2CO3
+ H2O → 2 KHCO3
Dari reaksi di atas terlihat gas CO2
yang direaksikann dengan larutan Benfield dan air aka membentuk senyawa kalium
bikarbonat. Dengan kata lain senyawa inlet yang masuk ke CO2
absorber akan berikatan dengan larutan Benfield dan air sehingga membentuk
senyawa baru dan terpisah dari gas H2 ; N2 dan CO.
Setelah terbentuk senyawa KHCO3
maka akan diumpan ke dalam kolom CO2 Stripper, kolom ini berfungsi
untuk memisahkan KHCO3 dengan CO2 sehingga akan kembali
membentuk larutan Benfield (K2CO3) yang dapat digunakan
kembali sebagai CO2 absorption.
Sedangkan gas CO2
dikeluarkan dari kolom. Biasanya pabrik pembuatan amonia akan berdampingan
dengan pabrik pupuk urea, yang mana CO2 yang dikeluarkan dari kolom
akan dikirim ke pabrik CO2 untuk proses pembuatan pupuk urea.
Gas hasil keluaran CO2
removal yaitu hanya tinggal kandungan: H2 ; N2 dan CO.
6. Methanator
Pada proses ini akan mengubah gas CO
menjadi metana yang memiliki tujuan untuk mencegah terjadinya reaksi antara
katalis yang digunakan saat mensistesis N2 dan mempermudah proses
sintesis amonia nantinya. Dengan kata lain CO, bila bereaksi dengan katalis
(Fe) maka akan menghambat pembentukan amonia.
Reaksi yang terjadi pada proses ini
yaitu:
CO + 3 H2 ↔ CH4 + H2O
Kondisi reaksi berlangsung pada suhu
200 – 250oC, tekanan 20 atm dengan bantuan katalis
Cobalt-Molibdenium.
Metana yang terbentuk tidak akan
bereaksi pada proses selanjutnya sehingga proses pembuatan amonia sudah dapat
dilakukan karena gas keluaran dari methanator hanya tinggal gas untuk pembuatan
amonia yaitu : H2 ; N2 ; CH4 dan H2O.
7. Synthesis Gas Compressor
Dalam proses pembuatan amonia,
nantinya akan berlangsung pada tekanan tinggi, sehingga untuk mencapai tekanan
tinggi gas hasil keluaran metahanator akan diumpankan kea lat synthesis gas
compressor, yang berfungsi untuk menaikkan tekanan. Pada proses pembuatan
amonia nantinya akan berlangsung pada tekanan tinggi yaitu 135 atm.
Synthesis Gas Compressor disusun
secara bertahap (stage) yang mana berfungsi agar kinerja alat untuk menaikkan
tekanan lebih mudah dilakukan dan life time alat juga akan semakin panjang
karena kinerjanya tidak terlalu berat dibandingkan hanya menggunakan synthesis
gas compressor secara tunggal.
8. Amonia Converter
Pada proses pembuatan amonia setelah
gas keluar dari proses synthesis gas compressor maka pada proses pertama akan
langsung diumpan ke dalam proses synthesis converters yang mana proses ini akan
mengubah/mensistesis gas N2 dan H2 menjadi amonia dengan
reaksi sebagai berikut:
N2 + 3 H2
↔ 2 NH3
Reaksi berlangsung pada suhu 400 –
500oC, tekanan 135 atm dengan bantuan katalis Fe2O3
Konversi reaksi pembentukan amonia
hanya mencapai 12%. Dan amonia yang terbentuk tidak dapat langsung didapatkan
hasil amonianya. Gas hasil keluaran dari synthesis converters (H2 ;
N2 ; CH4 dan NH3) yang mana sebagian akan
diumpan ke kolom HRU (Hydrogen Recovery Unit).
Proses ini dilakukan untuk
memisahkan gas CH4 dan merecovery gas H2. Karena CH4
tidak ikut bereaksi selama sintesis pembuatan amonia maka jumlahnya selama
masuk dan keluar akan tetap sama.
Sehingga untuk mencegah bertambahnya
CH4, jumlah komponen CH4 yang direvovery dan nantinya
akan diumpan ke gas recycle ke pengolahan gas alam harus sama dengan jumlah komponen
CH4 yang masuk ke dalam sintesis converters.
Gas keluaran HRU akan
dimasukkan ke dalam synthesis gas compressor untuk menaikkan tekanan dan
dicampur dengan fresh gas kemudian diolah kemblai ke synthesis converters untuk
membentuk NH3.
Untuk proses selanjutnya gas NH3
yang masih bercampur dengan gas H2 ; N2 ; CH4
dan sedikit H2O akan melewati refrigerator section yang akan
mengubah NH3 dan H2O menjadi fase cair lalu diumpankan ke
kolom separator yang akan memisahkan fase gas dan fase cairan.
Sehingga NH3
dan H2O akan terpisah dan keluar menuju storage sedangkan gas H2
; N2 ; CH4 akan masuk kembali ke proses synthesis
converters untuk membentuk NH3. Dan begitulah siklus seterusnya.
Konsentrasi NH3 yang keluar dari tangki separator dapat mencapai 99%
kemurniannya.
Demikian penjelasan Proses Pembuatan Amonia. Semoga bermanfaat ya !!!.